Budaya
dalam memahami isi buku adalah dengan membaca. Dengan membaca buku, tentunya kita
akan mengetahui berbagai informasi yang ada, pengetahuan umum, wawasan yang
luas, maupun hal yang lainnya. Secara otomatis, pola pikir seseorang akan semakin
berkembang, baik dalam hal menuangkan ide/gagasan baru maupun dalam hal mencari
solusi permasalahan.
Namun
budaya membaca buku kini sudah mulai terkikis. Sebab keberadaan buku kini sudah
dianggap menjadi barang jadul. Dimana kita harus membeli dengan biaya yang
tidak murah serta harus pergi ke toko buku yang membutuhkan ongkos juga. Tentu
saja hal ini berdampak pada rendahnya minat baca terutama bagi anak yang
sejatinya harus ditanamkan sejak dini.
Data
UNESCO Tahun 2016 menyebutkan bahwa kemampuan membaca buku khususnya anak-anak
dalam satu tahun. Anak-anak di Eropa mampu membaca 25-27 buku dalam satu tahun
dan anak-anak di Jepang mampu membaca 15-18 buku pertahun. Sedangkan anak-anak
di Indonesia hanya mampu membaca 1 buku dalam satu tahun.
Fenomena
inilah yang patut kita direnungi bersama. Minimnya minat baca pada anak tentu
akan berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Akibat
rendahnya kualitas sumber daya manusia, maka semakin sulit bagi Indonesia dalam
bersaing dengan negara lain seiring dengan perkembangan global. Sehingga kini nampaknya
upaya pemerintah Indonesia sedang menanggulangi permasalahan tersebut yaitu dengan
mencanangkan program “Gerakan Literasi Nasional”.
Menurut
saya, ada dua faktor utama yang mempengaruhi rendahnya minat membaca buku bagi anak.
Pertama adalah kian canggihnya
perkembangan teknologi di era globalisasi saat ini. Walaupun semestinya hal ini
membawa dampak positif bagi kebutuhan hidup seseorang, namun juga dapat membuat
dampak negatif terutama bagi anak. Apalagi saat ini dengan keberadaan gadget yang kian merebah dan hampir
semua anak sudah memilikinya. Sehingga keberadaan buku yang dianggap jadul
makin terkikis.
Semestinya
gadget digunakan sebagai sumber
belajar anak, namun justru lebih dominan
hanya sebagai media game saja. Salah
satu tujuan orang tua membelikan gadget
bagi anak agar mereka betah berada di dalam rumah daripada sering bermain di
luar rumah. Namun setelah anak sudah memiliki gadget, justru anak semakin asyik bermain game tanpa mengenal batasan waktu. Dampaknya yang terjadi anak
akan menjadi ‘pecandu gadget’.
Disisi
lain, keberadaan gadget bagi anak
tentu membuat mereka semakin lengah dengan kegiatan lain di rumah, seperti ibadah,
membantu orang tua, bahkan membaca buku. Tentunya hal ini akan membuat peranan
orang tua perlu lebih ekstra dalam mengawasi dan mengendalikan kegiatan si anak.
Faktor
kedua yaitu rendahnya budaya keluarga
dalam membiasakan membaca buku bagi anak di rumah. Seorang anak mustahil akan
gemar membaca buku, jika kita selaku orang tua juga malas membacanya. Sejatinya
orang tua sebagai pendidik utama bagi anak tentunya sangat berperan dan
bertanggung jawab penuh dalam hal perkembangan anak.
Untuk
itulah, saya mengusulkan beberapa upaya yang perlu diterapkan kita sebagai
orang tua dalam rangka meningkatkan minat membaca buku bagi anak dalam lingkungan
keluarga:
1. Sering
bacakan buku kepada anak
Sebelumnya kita sebagai
orang tua tentu dituntut agar mengetahui gaya belajar si anak, apakah auditori,
visual, ataukah kinestetis. Sehingga setelah kita bacakan buku, maka anak akan
semakin mudah dalam memahami isi/materi buku.
Bagi anak yang gaya
belajarnya auditori, anak akan sangat senang jika kita bacakan semacam buku
cerita. Bagi anak yang gaya belajarnya visual, maka kita perlu membacakan buku
kepada anak disertai media visual seperti gambar atau poster. Jika gaya belajar
anak kinestetis, tentu kita perlu membacakan buku sambil bermain peran. Dengan
upaya inilah, anak akan merasa senang dan termotivasi akan keberadaan dan
manfaat suatu buku.
Gambar 2. Orang tua membacakan buku kepada anak
Sumber: Internet
2. Sering
ajak anak ke perpustakaan atau taman baca
Sembari rekreasi pada hari
libur, bolehlah kita mengajak anak untuk berkunjung ke perpustakaan atau taman
baca yang ada di sekitar kita. Apalagi kini, di Tegal ada Taman Bacaan
Masyarakat yang sudah banyak meraih prestasi, yaitu TBM Sakila Kerti. Tentu ini
menjadi inspirasi bagi anak agar bisa meningkatkan minat baca. Walaupun hanya
sekedar melihat-lihat saja, yang penting anak sudah merasa senang melihat
berbagai macam jenis buku. Apalagi anak sudah menemukan buku yang mereka sukai,
sehingga lama-kelamaan anak akan cinta terhadap buku.
Gambar 3. Berkunjung ke TBM Sakila Kerti Tegal
Sumber: Internet
3. Lengkapi
sarana baca bagi anak di rumah
Kreativitas orang tua memang
perlu digali agar minat baca anak meningkat. Salah satunya dengan tersedianya
sarana baca yang nyaman dan menarik di rumah tanpa kita harus mengeluarkan biaya
yang banyak.
Ada beberapa kreativitas
yang bisa kita lakukan, seperti rak buku perlu ditata secara rapi dan unik, perpaduan
warna cat yang menarik, serta tersedianya assesoris baca seperti gambar, foto, atau
lukisan para ilmuwan yang dapat menginspirasi anak.
Kita juga perlu melengkapi sarana
bacaan di rumah dengan berbagai variasi buku yang komplit dan disukai anak,
baik buku pelajaran maupun buku bacaan. Buku yang tersedia tentunya disesuaikan
dengan tingkatan usia anak dan tidah harus mahal.
Gambar 4. Ruang baca anak
Sumber: Internet
4. Sediakan
poster himbauan/nasehat yang mendidik bagi anak di rumah
Kita sebagai orang tua juga sering
memberikan himbauan/nasehat yang bersifat mendidik. Secara lisan tentunya
sering berulang kali kita sampaikan himbauan/nasehat kepada anak, namun terkadang
dihiraukan. Hal ini terjadi karena faktor kondisi anak sedang kurang mood, emosi,
ada masalah, ataupun mungkin sedang lapar.
Jika himbauan/nasehat
tersebut dituangkan dalam sebuah poster yang ditempel pada setiap dinding rumah,
ternyata anak tanpa sadar mengingat dan melakukan hal tersebut tanpa selalu
adanya penyampaian secara lisan. Misalnya Buanglah sampah pada tempatnya,
Belajarlah dengan rajin, Sholatlah 5 waktu, Bacalah doa sebelum dan sesudah
makan/tidur, dan sebagainya. Dengan adanya poster himbauan/nasehat seperti inilah
diharapkan anak akan selalu terbiasa untuk membaca dan menerapkannya.
Gambar 5. Poster himbauan/nasehat orang tua
Sumber: Pribadi
5. Buat
jadwal harian untuk belajar dan bermain
Anak akan selalu mengingat
jadwal kapan anak harus belajar dan bermain. Misalnya, habis sholat Shubuh
membaca buku, habis sholat Dzuhur bermain gadget, habis sholat Ashar bermain
sepeda/olahraga, habis sholat Maghrib mengerjakan PR, habis sholat Isya nonton
TV.
Meskipun tidak 100 persen
diterapkan sesuai rencana, tapi anak minimal mengingat dan mengupayakan
kegiatan tersebut tetap dilakukan. Sehingga anak tidak terlena hanya dengan
bermain saja, tetapi juga ada waktnya untuk belajar dan membaca buku.
Gambar 6. Jadwal bermain dan belajar bagi anak di rumah
Sumber: Pribadi
6. Beri
hadiah buku kesukaan bagi anak
Kita disamping sering memberikan
sanksi/hukuman bagi anak ketika melanggar, namun kita ternyata juga perlu
memberikan penghargaan/hadiah atas prestasi anak. Salah satunya dengan
memberikan buku kesukaan anak. Hal ini dikandung maksud disamping agar anak
termotivasi dalam meningkatkan prestasi belajar juga agar minat membaca buku
bagi anak semakin meningkat.
Gambar 7. Hadiah buku kesukaan
Sumber: Internet
Jika
kita selaku orang tua secara optimal dan konsisten berupaya untuk menerapkan
keenam langkah tersebut, saya yakin upaya meningkatkan minat membaca buku bagi
anak akan terwujud. Walaupun kendala canggihnya perkembangan teknologi akan
keberadaan gadget yang sangat
menghambat anak dalam melakukan budaya membaca buku. Namun hal ini sejatinya
bisa kita atasi asalkan perlu adanya pengawasan dan pengendalian secara optimal
dari orang tua.
Sementara
kita sebagai orang tua juga perlu menjadi teladan dalam membiasakan budaya
membaca buku terlebih dahulu kepada anak. Kebiasaan anak pasti selalu mengikuti
apa yang dilakukan oleh kedua orang tua. ‘Oleh karena itu, untuk menumbuhkan
kebiasaan membaca buku pada anak harus dimulai oleh orang tua terlebih dahulu.
Orang tua tak boleh hanya menyuruh, namun harus mencontohkan. Mustahil jika
anak akan senang membaca buku sedangkan kita saja malas membaca buku.
Video 1. Pembiasaan membaca buku oleh orang tua kepada anak
Sumber: Youtube
Menurut
Rubin (Farida Rahim, 2008), orang tua yang hangat, demokratis, bisa mengarahkan
anak-anak mereka pada kegiatan yang berorientasi pada pendidikan, suka
menantang anak untuk berfikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri. Orang tua
yang gemar membaca, memiliki koleksi buku, menghargai membaca dan senang
membacakan cerita pada anak-anak umumnya menghasilkan anak yang gemar membaca buku
pula.
Jika
anak sudah terbiasa menerapkan budaya literasi buku, tentu akan berdampak pada terbentuk
pola pikir yang tinggi, baik kreatif, berpikir kritis, serta komunikatif sesuai
degan tuntutan abad ke-21. Dan pastinya sumber daya manusia Indonesia pun akan
dapat bersaing secara global.
#SahabatKeluarga
0 komentar:
Posting Komentar