MENUJU SEKOLAH SEBAGAI TEMPAT YANG MENYENANGKAN


Berdasarkan data yang didapat dari Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 yang di keluarkan oleh UNESCO diluncurkan di New York indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008. Ranking kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-69 dari 127 negara.
Hal ini membuktikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia perlu adanya pembenahan secara maksimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah lemahnya pelaku pendidikan, terutama peran guru dalam menerapkan sistem pengajaran di sekolah. Siswa akan merasa tidak nyaman dan tidak betah ketika belajar di sekolah karena sistem pengajaran guru belum dapat membuat siswa menyenangkan.
Menanggapi permasalahan tersebut, membuat saya bertanya-tanya. Apakah sistem pendidikan di Indonesia sudah sesuai dengan konsep sekolah sebagai tempat yang menyenangkan?. Ataukah memang konsep sekolah sebagai tempat yang menyenangkan berasal dari pengajaran guru?.
Perlu diketahui bahwa Finlandia adalah salah satu negara di Eropa Utara yang merupakan negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia menurut hasil survei internasional yang komprehensif oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).
Sistem pendidikan di Finlandia tidak menekankan siswa dalam belajar, seperti dengan penambahan jam mengajar, tugas PR,  kedisiplinan, maupun tes. Justru malah jumlah jam mengajar per minggu hanya 30 jam pelajaran atau 5 jam pelajaran dalam sehari serta tidak ada sistem ranking bagi siswa. Ini membuktikan bahwa Finlandia merupakan negara yang sangat mementingkan kualitas pendidikan dengan menitik beratkan pada kenyamanan belajar siswa di sekolah.

KURANG SESUAI
Kalau kita amati, hal ini kontradiktif dengan apa yang ada pada sistem pendidikan di di Indonesia. Dimana sistem pendidikan di Indonesia masih mengutamakan pada target materi yang harus disampaikan dan target nilai minimal yang harus dituntaskan. Disamping itu, sekolah-sekolah di Indonesia sudah terbiasa dengan memberikan penekanan bagi siswa, baik penambahan jam belajar, sistem kedisiplinan, pemberian tugas PR, dan tes sehingga siswa merasa tertekan dan stress ketika berada di sekolah. Dampak yang terjadi sampai saat ini adalah banyak siswa yang tidak masuk sekolah bahkan membolos karena siswa merasa tertekan dan tidak nyaman ketika berada di sekolah.
Memang hal yang demikian diterapkan melainkan hanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan mengutamakan prestasi belajar siswa. Jika kualitas pendidikan dikatakan meningkat, maka secara otomatis prestasi siswa harus meningkat. Namun realita yang ada justru dengan adanya penekanan terhadap prestasi siswa, maka akan membuat siswa menjadi tertekan sehingga siswa tidak merasa nyaman dan senang ketika belajar di sekolah dan berdampak pada tidak maksimalnya prestasi belajar siswa.
Dalam meningkatkan kemampuan intelegensi anak menurut Piaget dalam Buku Psikologi Pendidikan yang ditulis oleh John W. Santrock (2008), pembelajaran anak harus berjalan secara alamiah. Anak tidak didesak dan ditekan untuk berprestasi terlalu banyak. Menurut pandangan Piaget, ini bukan cara belajar terbaik bagi anak. Ini cara yang terlalu terburu-buru untuk meningkatkan kemampuan intelektual, menggunakan pembelajaran pasif, dan karenanya tidak akan berhasil.

LEBIH EFEKTIF
Sistem pendidikan di Indonesia merupakan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Tetapi hakekatnya sistem pendidikan di Indonesia menolak penyeragaman sistem pengajaran bagi guru dan membuka ruang seluas-luasnya bagi siswa untuk berkreasi dan berinovasi.
Konsep sekolah sebagai tempat yang menyenangkan tentunya sistem pendidikan di Indonesia harus dapat menjadikan visi bagi seluruh guru di Indonesia. Artinya guru harus dapat memberikan motivasi dan sistem pengajaran lebih efektif bagi siswa agar siswa merasa nyaman dan senang belajar di sekolah. Disamping itu, guru juga dituntut untuk tidak memberikan tugas atau tes yang bersifat penekanan yang mengakibatkan siswa merasa tertekan dan stress sehingga siswa akan merasa tidak betah ketika berada di sekolah.
Menurut Wigih Adi Wibawa (2013), pembelajaran yang efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Harapan saya, semoga adanya pembenahan sistem pendidikan di Indonesia sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yaitu sekolah sebagai taman belajar siswa, artinya sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswa. Istilah taman bukan berarti sekolah berbentuk taman, tetapi mengibaratkan sekolah serasa seperti di taman. Siswa diharapkan betah dan rindu di sekolah. Dengan semakin senangnya siswa belajar di sekolah sehingga siswa akan merasa tidak ingin pulang sekolah bahkan ingin cepat datang kembali ke sekolah.
Disamping itu, peran guru juga harus dapat mendukung secara penuh demi terwujudnya sekolah sebagai tempat yang menyenangkan. Dengan sistem pengajaran guru yang efektif dinilai sangat mempengaruhi terhadap kondisi siswa di sekolah. Jika sistem pengajaran yang diterapkan guru membuat belajar siswa menyenangkan tentunya akan menjadikan siswa akan merasa betah dan nyaman ketika berada di sekolah.
Sumber : Dedy Iswanto, S.Pd.

2 komentar:

marsudiyanto mengatakan...

Blognya rapi...
Isinya juga padat.
Semoga terus diupdate.
Salam

belajar matematika smk mengatakan...

ok pak. nanti saya up date posting terbarunya..terima kasih..

Posting Komentar