PERLUNYA JIWA KREATIF DALAM KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Iswanto, Dedy dan Hartinah, Sitti
{dedyiswantotegal@gmail.com, sittihartinah1@gmail.com}
Magister Pedagogi Universitas Pancasakti Tegal
Kepemimpinan
adalah rangkaian kegiatan penataan
berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam menjalankan
kepemimpinannya, seorang pemimpin memiliki gaya-gaya tersendiri. Bergeraknya
orang-orang harus mengikuti jalur tujuan organisasi yang hendak dicapai dan
bukan merupakan kamuplase dari kepemimpinannya itu sendiri, karena bagaimanapun
pemimpin itu adalah bagian dari anggota organisasi itu sendiri.
Adapun
pergerakan dalam pencapaian tujuan adalah legitimasi dari sebuah kekuasan yang
dimiliki oleh pemimpin, karena bagaimanapun bukan hanya sebuah simbol atau
kedudukan semata. Pemimpin merupakan
seorang yang dipandang memiliki kelebihan dari yang lainnya untuk jangka
panjang maupun jangka pendek dengan kewenangan dan kekuasan dalam situasi
tertentu. Dalam konteks memimpin ini banyak diantaranya anggota dari luar
organisasi menjadi orang yang mengarahkan kegiatan orang yang ada dalam
organisasi. Pemimpin
dengan kekuasaan yang luas dan terbatas akan memiliki bobot yang sama berat
dari sisi pertanggungjawaban secara batiniah. Adapun perbedaannya akan terlihat
dari besarnya tanggungjawab berdasarkan area tanggungjawab atas
pekerjaan-pekerjaan yang harus dijalankan.
Komponen-komponen
yang menjadi pegangan seorang pemimpin dalam penggerakan anggota-anggota adalah
sebagai berikut : 1) Dorongan,
akan menghasilkan inisiatif, dan menimbulkan energi yang tinggi dan hasrat
untuk berprestasi; 2) Motivasi,
memiliki kekuatan dan hasrat untuk memimpin dan mendorong pelibatan anggota
dalam mewujudkan visi; 3)
Integritas, menimbulkan kepercayaan yang penuh dalam bekerjasama dengan yang
lain, dan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan; 4) Percaya diri,
memperlihatkan nilai kepercayaan dalam melakukan transaksi dengan orang lain; 5) Pengetahuan, pemahaman
yang penuh tentang organisasi. Pimpinan adalah penggerak sebuah atau beberapa
buah kelompok.
Untuk dapat
mengerakkan kelompok, ada kesepakatan-kesepakatan yang harus dijalin dalam dan
dengan kelompok, hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Memperhatikan secara
jelas dan logis posisi kita, akan membantu orang dalam memahami cara pandang
kita; 2. Mendengarkan setiap reaksi orang lain, dan jangan berpura-pura tidak
tahu; 3. Libatkan semua dalam diskusi, dan temukan alternatif-alternatif
tentang cara pandang kita; 4. Jangan berubah pikiran hanya untuk meredam
konflik, tapi temukan yang terbaik, dan dalam posisi yang logis.
Peran Kreativitas Pemimpin
Salah
satu gaya kepemimpinan yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
pengelolaan pendidikan (sekolah) yaitu kreatif. Kepemimpinan
yang kreatif dicirikan dengan kemampuan inspirasional, Dimana mampu memberikan
peluang kepada semua anggota untuk mengeluarkan ide-ide, gagasan-gagasan baru
dalam melaksanakan pekerjaan dan mampu serta berani mengambil resiko terkecil
apapun dalam perhitungan-perhitungan yang tepat.
Dalam
konteks transformasional seperti dikemukakan oleh Triguna Priyadharma (2001), kreativitas dalam
kepemimpinan mampu dengan tepat memilih kapan berbuat trasformasional dan kapan
mereka dapat transaksional meliputi : 1) pandangan ke depan, inspirasi; 2)
rencana jangka panjang; 3) praktis, konkrit, nyata; 4) pasif; 5) menjaga
stabilitas; dan 6)
menjelaskan. Kreativitas seorang pemimpin berarti kemampuan pemimpin dalam
berfikir, berdaya cipta dan melakukan kreasi-kreasi baru menyongsong hari yang
lebih baik, meraih keuntungannya dan keberhasilan yang diharapkan. Kreativitas
seorang pemimpin berarti mengalirkan gagasan baru dan produktif untuk segera
diterapkan dalam bentuk nyata.
Manajemen
pendidikan kita mengalami perubahan, dari pengelolaan yang sentralistik menjadi
otonomi penuh kepada sekolah sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam
masa-masa transisi seperti ini, maka kepala sekolah adalah seseorang yang
memiliki kreativitas dalam mentransformasikan perubahan yang bukan tidak
mungkin sudah merupakan budaya bagi organisasi sekolah.
Dalam
hal pendidikan, kepala Sekolah yang kreatif dalam
konteks transformasional memiliki ciri-ciri
karakter sebagai berikut : 1) cenderung
mengamati situasi dan problema yang tidak diperhatikan sebelumnya; 2) menghubung-hubungkan
ide-ide dan pengalaman yang diperolehnya;
3) cenderung menampilkan beberapa alternatif terhadap
subjek tertentu; 4) tidak
menerima begitu saja hal-hal yang belum terjadi dan tidak terkait dengan
kebiasaan; 5) memanfaatkan
potensi pribadi, 6)
mengusahakan fleksibilitas tinggi dalam bidang pemikiran, dan 7) pandai menghargai waktu
dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk menciptakan sesuatu.
Pendapat
lain mengatakan bahwa kreativitas kepala sekolah ditandai dengan: (Depdiknas :
2002), 1) Memilki dan
melaksanakan kreativitas dan inovasi; 2) Memiliki dan menghayati arti dan
tujuan perubahan (inovasi); 3) Menggunakan metode, teknik, dan proses perubahan
sekolah; 4) Menumbuhkan iklim yang mendorong kebebasan berfikir untuk
menciptakan kreativitas dan inovasi.
Kepala
sekolah yang kreatif dan imajinatif memiliki
kreativitas yang tinggi untuk kemajuan sekolahnya. Daya imajinasinya yang kuat
juga melahirkan pemikiran-pemikiran yang khas. Mungkin, pada tahap awal,
gagasannya akan dinilai kontroversial. Akan tetapi, ketika gagasan itu
dilaksanakan, maka
akan menjadi sebuah pola yang menarik dan diikuti oleh banyak kepala sekolah
lainnya. Kepala sekolah yang kreatif akan memenuhi kriteria kreativitas yang
menyangkut tiga dimensi, yaitu dimensi proses, person, dan produk kreatif
(Amabile,1983).
Dengan
menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk
yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif dan kepala
sekolahnya disebut kepala sekolah kreatif. Dalam kerangka pencapaian mutu
sekolah yang dipimpinnya, maka kepala sekolah yang berorientasi kepada mutu
sangat menjadi vital perananya. Karena bagaimanapun sekolah yang bermutu akan
tergambarkan oleh bentuk–bentuk peranan kepala sekolah dalam pencapaiannya.
OPTIMALISASI PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DI MASA PANDEMI COVID-19
Sejak berlakunya
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia No. 4 Tahun 2020 tentang Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ) guna mencegah penyebaran covid-19. Tentu hal ini menandakan
bahwa adanya penguatan sinergitas antara peran guru, siswa, dan orang tua dalam
proses pembelajaran. Disinilah kesempatan yang terbaik untuk selalu
mengoptimalkan peran orang tua sebagai pendidik utama dan pertama dalam mendidik
dan memantau proses pembelajaran anak di rumah.
Orang tua sejatinya
memiliki peran yang sangat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Dimana
orang tua perlu memberikan penanaman pendidikan karakter bagi anak, sehingga
anak dapat memiliki moral dan tingkah laku yang baik. Beberapa nilai-nilai
karakter yang dapat ditanamkan dimasa pandemi sekarang ini, diantaranya
religius, disiplin, mandiri, tanggung jawab, serta kreatif.
Dimasa pandemi ini,
orang tua akan mengoptimalkan waktunya dengan memberikan pembiasaan pada anak
yang berhubungan dengan agama, seperti menjalankan sholat 5 waktu bersama
keluarga, mengaji, bersedekah, dan kegiatan ibadah lainnya yang dapat
diterapkan oleh anak di rumah. Disinilah akan muncul karakter anak agar lebih taat
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengembangan sikap
disiplin pada anak dimasa pandemi ini dapat diterapkan dengan mengikuti
protokol kesehatan, seperti selalu menggunakan masker, selalu mencuci tangan
dengan sabun di air yang mengalir atau menggunakan hand sainitazer, serta selalu
menjaga jarak dengan ora
Setelah diberlakukannya
PJJ, tugas yang diberikan oleh guru di rumah belum mampu dilakukan sepenuhnya
secara mandiri oleh anak, dan seringkali memerlukan bantuan orang tuanya. Namun
setelah berlangsung beberapa minggu masa pandemi ini, anak mulai belajar secara
mandiri untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan padanya.
Pentingnya menumbuhkan
nilai karakter beratanggung jawab kepada anak. Salah satu bentuk kegiatan yang
dilakukan guru dalam menumbuhkan sikap tanggung jawab pada anak adalah dengan
membuat aturan tentang reward dan punishment dalam menilai pengerjaan tugas
yang diberikan. Pemberian reward kepada anak yang mengerjakan dengan baik dan
memberikan punishment kepada anak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
Pada masa pandemi
covid-19 ini merupakan momentum untuk mengembangkan kreatifitas sesuai dengan
minat dan bakat anak. Dimasa pandemi anak diajak untuk membuat suatu
kreativitas seperti memanfaatkan barang-barang bekas yang bisa mencipatakan
sebuah kerajinan tangan yang indah dan bernilai.
Sementara itu, beberapa
peran orang tua dalam proses PJJ di rumah yang perlu dilakukan diantaranya
adalah (1) mengawasi kegiatan pembelajaran anak di rumah. Orang tua harus
mengetahui jadwal pelajaran anak dan selalu memberikan motivasi pada anak agar
giat belajar. (2) mendampingi anak belajar secara PJJ. Orang tua harus dapat
berperan sebagai teman dalam berdiskusi serta mengarahkan anak untuk menjadi
pembelajar yang aktif. (3) memfasilitasi anak dalam proses PJJ, seperti
membelikan handphone yang mendukung PJJ
anak dan mengalokasikan uang untuk membeli kuota internet. (4) menjadi
pendengar yang baik bagi anak yang sedang menghadapai masalah dalam belajar.
Pada pandemi ini,
ternyata orang tua memiliki peran cukup besar terhadap keberhasilan
pengembangan nailai-nilai karakter anak di rumah. Dalam pengembangan nilai-nilai
karakter di rumah, orang tua berperan sebagai fasilitator yang membantu anak
untuk mengembangkan karakter secara efektif. Orang tua juga harus mampu
bertindak sebagai filterasi yang membantu anak menyaring berbagai pengaruh
negatif yang berdampak tidak baik bagi perkembangannya.